Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

pisah~

Tak terasa waktu mengikis bagai kilat Kemarin sore, kulangkahkan kakiku untuk kesekolah baru Tapi kini, ku beranjak tuk ke jenjang yang tinggi Sial, aku benci semua ini! Aku benci irama yang mengucap kata pisah! Aku benci semua memori yang dulu kuukir dan kini hanya terkenang Aku benci waktu ini terlalu cepat berputar Andai ku bisa memutar waktu Ku ingin memperpanjang waktuku bersama kalian Ku ingin lebih banyak membuat goresan kenangan tuk kuingat di masa depan

Dilema Republika.

Negeri yang kaya sumber daya Tetapi tak dirasa oleh tiap2 jiwa Hamparan gedung raksaksa bermegahan di ibu kota Tapi apa kalian tahu itu milik siapa? Apakah orang kita? Oh tentu tidak Kita hanya dianggap sebagai boneka saja Menjadi "babu" di negara tercinta Bekerja tak kenal letih demi seoonggok gaji semata  Mungkin terlihat miris, tapi itulah realita Tak bisa dielak namun harus diterima Lalu, kemana dengan para petinggi negara? Apa hanya diam dan bersantai di istana? Oh tuhan.. Sungguh merana nasib bangsa Para pemimpinnya saja berleha tanpa memikirkan rakyat biasa Apakah ini yang dinakaman proses pemajuan? Oh tentu tidak Semua tak ayal jika mereka tak membantu bekerja Untuk apa mereka berjabat di naungi negara Jika untuk kedudukan semata

----

Kepada sang rembulan Aku tak tau kepada siapa aku berpulang Kepada siapa aku bercurah Sungguhlah berat cerita pilu Ku mulai tak kuasa tuk menahan Sang bintang yg berkilau disana Sudikah kau temani daku yang merana Wahai mentari yang terlelap Sudikah engkau sinariku meski sesaat Wahai  pujangga  Sudikah kau hiburku dengan sajak milikmu Dipenghujung hari Aku berdiam menatap sunyi Betapa sepi hari tanpa sentuh kasih Wahai semesta, izinkan aku tuk mencinta Meski sang alam tidak percaya

hm

Aku menunggu dalam doaku Bermunajat disepertiga malammu Meminta tuk balas penantianku Penantian yg selalu aku dambakan Mendamba dirimu yang ada didoaku Tak tau harus apa ku ungkapkan Hanya terbiasa untuk menahan

antara kau & hujan

Kala hujan datang sejukkan Kala besar datang rusakkan Layaknya kamu, datang membawa kehangatan Merangkul aku dikala renta Membagi kasih disaat luka Tapi semua sesaat,,, Layaknya hujan yg dapat datang lalu pergi Kau bertindak layaknya dia Kau biarkan aku merana Terkapar sadis mati merana

catatan si beti#1

Ketika angin malam tak bersahabat. Mereka berlindung disuatu tempat, yang dinamakan rumah. Konon mereka bilang disana mereka mendapatkan kasih-sayang,gelak tawa bahkan kehangatan yang dibuat anggota mereka. Tapi tidak bagi beti, tampak  luar mungkin sangatlah hangat, padahal didalam sungguh sangatlah dingin bagaikan es di kutub. Beti tak bisa tuk pegang kendali menghangatkan, layaknya keluarga lain. Mungkin beti akan dibantah,ataupun dicela. Beti tau bahwa kau pasti akan selalu mengelak, saat pertama atau dua beti masih tetap bersabar, akan tetapi lama2 menjadi sedemikian membesar dan menciptakan ruang benci. Beti tau, mungkin ini tidak baik, tetapi beti pun tak bisa mengelak karena ini timbul karena naluri Beti yang sering tersakiti.

mungkin~

Mungkin aku terlalu memaksa Kau mencinta diatas derita Mungkin kau memang tak cinta Tapi juga kau tak tega Kau jalani seakan tak percaya Kau mencinta tanpa rasa Seakan boneka yang tak berdaya Menerima semua dustaan cinta 

hm.

Terkadang kau melihat dari sisi luar saja Kau tak mengerti bagaimana kejadian yang sebenarnya Kau tak mengerti apa yang kualami Kau tak mengerti apa yg membuatku depresi Yang kau tau hanyalah guyonan belaka Kau tak mengerti perasaan yang seketika balik ke masa lampau Mengingatkan tragedi yang sampai saat ini tak terlupakan

ilusi~

Kau mungkin bagai ilusi Tak dapat kugapai tapi bisa kurasa Mungkin hanya aku yang merasa Kata orang... Mencintamu mungkin percuma Karena mereka bilang Aku tak tahu bagaimana perasaanmu Apakah sama mencintai atau mungkin tidak 

mungkin~

Apa mungkin ku bodoh tuk bertahan Apa mungkin ku gila tuk menahan  Rasa yang timbul karena mungkin hal kecil Kau mungkin tak mengerti rasanya Mencabik hati hingga runtuh berkeping Mungkin kau tak peduli Andai kau merasa Kau pasti luka Lakumu bagaikan dusta  Yang selalu meninggalkan goresan  Goresan yang berujung duka.

entah~

Entah bodoh entah lalai Diriku mulai terkulai Terkulai diantara gejolak asmara Mendamba cinta penuh suka Mendamba kasih yg penuh cerita Mungkin mudah tapi tak nyata Mungkin dekat tapi tak sampai Apadaya tak kuat ku menggapai Sampai akhir ku tersadar Bahwa yang ku ingin tak harus ku punya

imaji~

Terlalu bodoh tuk jalani. Berdiam sunyi melihat keji. Ingin berkata tapi terbata. Mencoba lari untuk mengejar. Mendamba rembulan dambaan hati. Terlena sinar sejuk berseri. Sanggup merobek gejolak hati. Menebar cinta tapi tak nyata. Terbatas angan imaji mimpi.

~~

Aku. Kamu. J arak. Rindu. Bersatu namun tak sama. Mencinta namun tak berbalas. Merajut cinta namun tak nyata. Terpaut jarak membatas kita. Mengukir sejarah balada cinta. Cinta  terbelah dua berkota. Terpejam dalam goresan duka. Merindu lama tapi tak jumpa. Tersisa sesal tiada kira.

si dungu#2

Kala mentari menyongsong fajar. Burung berkicau menjadi latar. Kala ayam berkokok berpaut sama. Kala tanda mulai biasa. Tapi tidak padaku. Si dungu yang tertaut  rindu. Rindu yang terbesit didasar kalbu. Yang tergurat sebab goresan lalu.

---

Mentari kokoh mulailah pulang. Senja kelabu perlahan pamit. Menatap sendu bernada pilu. Mengingatkan tentang aksara rindu. Ya, benar. Aksara yang muncul karena mencandu.  Terbayang selalu dalam dekapmu. Mendekap hangat jiwa yang fana. Mengisi hati yang dulu pernah luka. Terluka karena goresan dusta. Kau datang membawa cinta. Kau mengubah segalanya. Tapi itu tak nyata. Kau ternyata sama. Kau ciptakan goresan luka. Kau pendusta tingkat sempurna. Kau hanya datang sekejap mata. Melewat cepat layaknya kilat. Yang meninggalkan rindu keparat .

pengagum rahasia

Kau, pengisi kalbu yang tercipta dari gundukan rindu. Telah lama ku memendam rasa cinta.  Memandang dari jauh itu hanya yang ku bisa. Mencari tentangmu itu mungkin menjadi hobiku. Aku tahu, mungkin kau tak akan mengerti rasa cintaku. Rasa cinta yang tertumpuk bagaikan tumpukan garam di lautan. Semua terasa hampa dan fana. Kau tak mungkin peduli akan cintaku. Karena kau anggap aku hanya benalu.

si dungu

Aku, si dungu yang punya biasa menunggu. Aku, si dungu yang rela menunggu padahal telah tahu jawabnya.  Aku, si dungu yang selalu percaya akan semua janji manismu. Aku, si dungu yang tak pantang kata berhenti. Aku, si dungu yang masih percaya akan tipuan cinta. Aku, si dungu yang tercandu dalam naungan kata rindu.  Aku, si dungu yang terenyah lautan sendu. 

2 maret 2003

2 maret 2003, kejadian yang takan pernah terlupa. Tangisan duka terjadi saat itu.  Tapi aku tak tau apa yang sedang terjadi. Ibu bilang, ayah telah pergi,tapi ku tak mengerti.  Aku terbilang kecil untuk mengerti.  Aku bungkam seribu kata, harus bagaimana pun tak tau.  Berdiam diri menepis bingung.  Entah harus apa aku berbuat.  Hanya bisa berdiam melihat keadaan.  14 tahun telah berlalu, setelah besar aku baru tahu, bahwa ayah pergi tuk meninggalkanku. Pergi meninggalkan semua kehidupan di dunia ini. Saat ini genap 14 tahun setelah kepergiannya.  Aku merindu sentuhan kasih dirinya.  Aku rindu guyonan receh yang membuat gelak tawa.  Aku ingin merasakan hal indah ini seutuhnya. Aku ingin memutar waktu agar aku bisa membangkitkannya.  Tapi itu semua fana, semua telah ditata,tidak akan bisa diulang.  Saat ini ku hanya bisa berharap membayangkan jika dirinya masih ada. Tapi aku disini harus tegar, karena aku tak ingin ayah pun ikut terlarut dalam kesedihan.